Sabtu, 26 Januari 2013

Kecurigaan Aziza

''Halo? Dimana?'' kataku sudah tidak sabar.
''Masih dijalan, Sehab ada dirumah ko. Langsung ajja masuk. Miss you'' Wildan menjawab dan mematikan telepon.
Dengan mulut menggerutu aku langsung kerumah Wildan. Pasangan hidupku selama dua tahun ini.
''Hey Aziza? Masuk aja'' temannya Sehab membukakan pintu dan aku masuk.
Tanpa pikir panjang aku pergi kekamar Wildan dan meninggalkan Sehab diruang tamu. Aku gak akan dekat lelaki lain selain kekasihku.
Aku terdiam siaga setelah masuk kekamarnya.

Pacarku laki-laki. Ya, benar laki-laki. Dia laki-laki keras dan tidak ada didalam dirinya jiwa feminim.

Penciumanku berkata lain. Hidungku mendeteksi parfum asing. Aku mengitari kamarnya menggunakan hidungku bagai anjing pelacak milik polisi.
Rasa curiga dihatiku berlipat ganda sekarang, aku mencium wewangian parfum yang sungguh feminim dikamarnya.
Aku menatap penuh prasangka pada jaket hitam dikamar Wildan, laki-laki yang sangat aku cintai.
Ya, hidungku tidak salah. Wewangian feminim ini berasal dari jaket ini.


Siapa?
Dina? Yatti? Fitri?
Atau Heni?
Oh, iya aku tau.
Pasti Nia teman baru dikelasnya itu. Dia sangat cantik, pasti dia ada main dengan Wildan.
''Hey sayang!'' Wildan datang dan memanggilku. Ia menatapku penuh cinta.
Ya seperti biasa.
Namun, aku hanya bisa membeku. Ingin rasanya mengikat Wildan dan Nia direl kereta api dan kereta api melindas mereka sampai tercincang dan menjadikan mereka sebagai bingkai mayat pendosa.
Aku benci mereka berdua.
Wildan memelukku sekarang. Tubuhku mengeras ingin lepas. Mengeluarkan tuduhan dan hinaan.
Wildan tidak sayang aku lagi.
Ya, itu semua ada diotakku.
Wildan menatapku sekarang, yang membuatku tak kuasa ingin melemparkan sebuah kata. Namun, dia yang melemparkan sebuah kalimat untukku,
''Selamat ulang tahun Aziza sayang! '' sambil menyodorkan sebuah hadiah berwarna kuning.
Konyolnya aku, aku langsung membuka hadiahnya penuh sensi.
Satu set perhiasan dan sebotol parfum.
Perlahan, aku hirup parfum itu. Ya, aku memang benar. Wildan memberikan parfum yang sama dengan parfum selingkuhannya Nia.
''Kamu gak suka ya?'' Wildan menafsirkan ekspresi wajahku.
''Kamu yang pilih?'' tanyaku tanpa senyuman.
''Iya. Tapi Sehab juga bantu milihnya. Terus dia juga udah nyobain sedikit. Katanya bagus jadi aku beli'' jelas Wildan.
''Sehab?'' kataku tersentak.
Sehab datang dengan seenaknya kekamar tanpa memikirkan aku dan Wildan yang berduaan.
''Mana jaket hitam punyaku? Sini mau dipake'' ia mengambil jaket hitamnya dan langsung pergi.
Ya, aku mengerti sekarang.


''Aku suka parfum ini ko. Perhiasannya juga bagus banget. Makasih ya sayang'' ucapku lega.
Wildan memelukku untuk kesekian kalinya. Kali ini aku tak mau lepas. Dibisikannya kata-kata cinta ketelingaku.
Aku berfikir,
''Kok bisa-bisanya aku meragukan Wildan?''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar